2 Muadzin, Berhiaslah! ~ BERMANFAAT INSYA ALLAH

q.salafy.blospot.com

Kamis, 10 November 2011

Muadzin, Berhiaslah!

WAHAI PARA MUADZIN BERHIASLAH KARENA ENGKAU ADALAH :

  1. Orang yang ditunjuk oleh Nabi, maka berbahagialah dan laksanakan amanah ini dengan sebaik-baiknya, perhatikanlah waktu masuknya sholat (khususnya waktu subuh), tegakkanlah sunah-sunahnya.
    Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Bila waktu shalat telah datang, maka hendaklah salah seorang diantaramu mengumandangkan adzan bagimu. (HR.Bukhari : 618, Shahih Bukhari, Bab man qaala liyu`adzdzin fis-safar Muadzdzinun waahidun, juz 3, hal.3)
  2. Orang yang melafadzkan kalimat mulia, Maka perhatikanlah susunan hurufnya, betulkanlah cara pengucapanya dan panjang pendeknya, dalamilah ma’na-ma’nanya dan bertanyalah kepada ahlinya.
    Kalimat Adzan:
    اللَّهُ أَكْبَرُ – اللَّهُ أَكْبَرُ – اللَّهُ أَكْبَرُ- اللَّهُ أَكْبَرُ-أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِ لاَّ اللهُ – أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ –أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ- أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ-
    حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ- حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ-
    حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ- حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ-
    اللَّهُ أَكْبَرُ- اللَّهُ أَكْبَرُ-
    لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
    Janganlah “Allohu Akbar (اللَّهُ أَكْبَرُ)”     ,dibaca “Alloh Akbar (tanpa dhomah pada huruf Ha)” juga jangan dibaca dengan huruf kha` ( (أخبر
    Janganlah “Asyhadu (أَشْهَدُ )”                 ,dibaca “As-hadu (huruf sin)”
    Janganlah huruf lam pertama pada ” ألاَّ إله”dibaca pendek, yang benar “allaaaa ilaaaaha”
    Janganlah “Muhammad (مُحَمَّد)( ﺡ)”     ,dibaca “Muhammad (مُهمَّد) (ﻫ)”
    Janganlah “Muhammadarosuulullooh ( مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ)” – hukum idhghom bilghunah (dengung pada bacaan muhammmmmmadar…), dibaca “Muhammadaarosuulullooh – tanpa ghunah (dengung)”
    Janganlah  “Hayya ‘alashsholaah “ ( huruf ﺹ ﻉ ﻫ)        ,dibaca “Hayalasolaah”
    Janganlah  “Hayya ‘alalfalaah” ( huruf ﻉ        ﺡ)              ,dibaca “Hayaalalfalaah” (dengan hurufﺀ ﮬ)
    Kalimat  Iqamat

    اللَّهُ أَكْبَرُ – اللَّهُ أَكْبَرُ
    - أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِ لاَّ اللهُ
    - أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
    - حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ
    - حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ
    - قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ – قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ
    - اللَّهُ أَكْبَرُ -اللَّهُ أَكْبَرُ
    - لاَ إِلَهَ إِ لاَّ اللهُ
  3. Orang yang berwudu pertama kali, maka bertahmidlah kepada Alloh karena engkau termasuk orang yang selalu berlomba dalam kebaikan.
    Ada anjuran untuk tidak adzan kecuali dalam keadaan suci. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. bersabda : “Tidak dikumandangkan suara adzan kecuali oleh orang yang berwudu’. (HR. Al-Baihaqi, Sunan Al-Kubra Lil-Baihaqi, Bab LaaYuadzdzinu illa Thaahirun, juz 1, hal. 397)
  4. Orang yang menoleh kekanan dan kekiri, karena menyiarkan seruan ke segala penjuru, maka renungkanlah hikmahnya.
    Mahmud bin Ghailan, ia berkata : Saya datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu Bilal keluar mengumandangkan suara adzan, pada saat sedang adzan ia bersikap demikian (‘Aaun bin Abi Juhaifah menirukan) dengan menoleh kekanan dan ke kiri (HR. An-Nasa’i : 639, Sunan An-Nasai, Bab Kaifa Yashna’ul Muadzdzinu fii aadzaanihii, juz 3, hal. 13). Pada saat membaca hayya ‘alasshalah menoleh ke kanan. Pada saat membaca hayya ‘alal falah menoleh ke kiri
  5. Orang yang menutup kedua telinganya, maka keraskanlah suaramu dan resapilah dalam kalbumu.
    Ia (Mahmud bin Ghailan) juga berkata : Saya melihat Bilal sedang adzan, ia berputar dan mengarahkan mulutnya kesana dan kemari (yakni ke kanan dan ke kiri) dan dua jari telunjuknya di dua telinganya (HR. Tirmidzi : 181, Sunan Tirmidzi, Bab Maa jaa-a fii idkhalil Ishba’ fil-udzun ‘indal aadzaan, juz 1, hal. 330)
  6. Orang yang mentaati Nabi, maka ittiba’lah kepada apa yang datang dari Nabi.
    Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda : Janganlah engkau bertatswib dalam mengumandangkan suara adzan dari ibadah salat, kecuali pada salat subuh. (HR.Tirmidzi : 182, Sunan Tirmidzi, Bab Maa jaa-a fit-Tatswib fil-Fajr, juz 1, hal. 332)
    Tatswib adalah mengumandangkan kalimat : “Ash-Shalaatu khairum minan naum” dalam salat subuh, yang artinya : “salat itu lebih baik dari tidur”
  7. Orang yang tidak tergesa-gesa, maka panjangkan suaramu dan pelankanlah jarak kalimatnya, berilah kesempatan bagi kaum muslimin mendengarnya dan mempersiapkan wudhu serta pakaianya, janganlah beratkan mereka dengan adzan yang terlalu cepat, berikanlah mereka harapan untuk menyempurnakan jama’ah.
    Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda kepada Bilal : Wahai Bilal! Bila engkau mengumandangkan suara adzan, maka perlahan-lahanlah dalam adzanmu, dan bila engkau mengumandangkan iqamat, maka percepatlah. Dan jadikanlah antara adzan dan iqamatmu itu menurut kadar orang yang makan selesai dari makannya dan orang yang minum selesai dari minumnya. (HR. Tirmidzi : 180, Sunan Tirmidzi, Bab maa jaa-a Fit-Tarassul fil Aadzaani, juz 1, hal. 328)
  8. Orang yang memberi kesempatan berdo’a kepada saudaranya, maka berilah kesempatan kaum muslimin untuk menirukan dan menjawab adzanmu, berilah kesempatan mereka berdo’a setelahnya dan berilah kesempatan mereka untuk sekedar mendapati sholat sunah 2 roka’at, sehingga engkau akan mendapat kebaikan berlipat-lipat banyaknya.
    Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : Tidak akan ditolak do’a antara adzan dan iqamat. (HR. Al-Baihaqi, Sunan Al-Kubra Lil-Baihaqi, Bab Ad-Du’a Bainal adzan wal-Iqamah, juz 1, hal. 410)
  9. Orang yang dido’akan oleh Nabi, engkau adalah orang yang dipercaya oleh nabi dan kaum muslimin, maka berbahagilaha dan renungkanlah.
    Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : Imam itu orang yang menjamin, sedangkan juru adzan (muadzin) adalah orang yang dipercaya. Ya Allah, berilah petunjuk kepada para imam dan ampunilah dosa para juru adzan. (HR. Abu Daud : 191, Sunan Abu Daud, Bab maa jaa-a annal imam dhaminun wal muadzdzin mu’tamanun , juz 1, hal.349)
  10. Orang yang disaksikan oleh benda-benda basah dan kering, panjangkanlah suaramu, perbaguslah suaramu, karena Alloh mentaqdirkan benda basah dan kering akan menjadi saksimu.
    Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : Akan diberikan ampunan bagi juru adzan sepanjang jangkauan suaranya dan setiap benda basah dan kering yang mendengarnya menjadi saksi. (HR. Al-Baihaqi, Sunan Al-Kubra Lil-Baihaqi, Bab Fadhlut-Ta’dzin ‘Alal-Imam, juz 1, hal.431)
Sumber: http://qiblati.com/muadzin-berhiaslah.html

0 komentar:

Posting Komentar