2 KETIKA ANDA DALAM KESUSAHAN BANTULAH ORANG LAIN (KEDERMAWANAN KELUARGA SYAIKH 'ATHIYAH INBU SALIM /Syaikh Masjidin Nabawy) ~ BERMANFAAT INSYA ALLAH

q.salafy.blospot.com

Senin, 29 Agustus 2011

KETIKA ANDA DALAM KESUSAHAN BANTULAH ORANG LAIN (KEDERMAWANAN KELUARGA SYAIKH 'ATHIYAH INBU SALIM /Syaikh Masjidin Nabawy)

Pada tahun 1999, tepatnya 1 bulan menjelang Ramadhon, ana mengalami suatu kejadian yang sangat mengharukan!
Ceritanya begini:
Ana ngontrak rumah petak dijalan Talang Ujung Pegangsaan Jakarta Pusat. Ketika itu ana mengontrak 2 petak; 1 petak untuk ana dan keluarga dan 1 petak lagi untuk 2 orang adik ana.
Hidup di Jakarta penuh dengan duka, maklum ana bukanlah seorang pegawai negeri, bukan juga seorang pedagang sukses sebagaimana kebanyakan orang Padang di Jakarta. Bayangkan saja ana mesti kerja keras untuk menghidupi keluarga dan 2 orang adik ana. Sering terlambat bayar kontrakan, bahkan ada beberapa kali kami tidak makan nasi selama 2 hari berturut-turut.

Suatu ketika kejadian serupa terjadi lagi pada keluarga ana, yaitu semua persediaan habis, sehingga kami hampir 2 hari pula tidak makan nasi, hanya dua kali atau sekali saja makan mie rebus. Setelah Ashar, datanglah tetangga sekontrakan minta tolong sambil menangis, seraya berkata: " ustadz tolonglah kami, tolong suami saya, suami saya sakit, sekarang di rawat di rumah sakit St.Carolus, tagihannya dah sampai Rp. 800.000,-, tolonglah ustadz...!".

Ana langsung ingat dengan sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam : كان الله في عون العبد ما دام العبد في عون أخيه  (Allah akan menolong seorang hamba selama seorang hamba itu menolong saudaranya). Dengan semangat ana katakan kepadanya : " insya Allah ana bantu", tapi...., gimana ana mau jalan, duit lagi gak ada nih...!, trus untuk ditinggalkan sama keluarga juga gak ada nih. Berkata tetangga tadi, ini saya ada duit Rp. 10.000,- silakan buat ongkos dan keperluan-keperluan lain. Maka duit itu ana bagi, Rp.6.000,- untuk membeli 6 buah roti dan Rp. 4.000,- buat ongkos. Alhamdulillah, dalam hitungan menit ana dapatkan pertolongan pertama, walaupun hanya sepotong roti. Setelah itu ana bergegas pergi bersama seorang adik ana yang laki-laki. Kemana? pergi jalan kaki untuk mendatangi rumah orang-orang Arab yang ana kenali. tapi kami  tidak  bisa menemui mereka. Kami berjalan kaki terus, sehingga akhirnya melewati sebuah restoran Arab di Jalan Pramuka Jakarta Timur. Kami dapati 4 orang Arab sedang duduk-duduk meni'mati minuman ringan.Kami hampiri mereka, ana pun ucapkan salam, trus tampa buang-buang waktu ana katakan: " Ikhwati Fillaah, ana mau minta tolong, ada tetangga ana seoranmg muslim sakit dan sekarang di rawat di umah sakit nasrani, ayo bantu dia, segera...!". untuk pertama kali sepertinya mereka kurang percaya, lantas ana keluarkan paspor dan ana perlihatkan kepada mereka bahwa ana dahulu pernah kuliyah di Madinah. Tapi ada salah seorang dari mereka yang marah: Anda menyerobot orang di jalan seperti ini, kami kan tidak kenal saudara !, nanti kami laporkan kepada polisi, katanya. Spontan saja ana kasih kedua tangan ana silakan, akhi laporkan sekarang juga saya ke polisi. Mereka semuanya pun tertegun dan diam seribu bahasa. Setelah itu berkata seorang diantara mereka: "tunggu saya setengah jam, saya akan pergi bersamamu untuk membuktikan kebenaran ucapanmu". Alahamdulillah, ada signal kesuksesan, sambil mengurut dada, ana bergumam. Kontan saja, setelah setengan jam orang Arab tadi muncul dan mengajak ana untuk pergi menemui orang sakit tadi. Kami pun segera naik taxi menuju kontrakan di jalan Talang Ujung untuk menemui istri dan anak sisakit tadi, setelah itu kamipun bersegera menuju rumah sakit yang tidak jauh dari tempat tinggal kami yaitu di jalan Salemba Raya.
Kami langsung menuju ruang rawat inap dan bertemu lansung dengan pasien itu. Orang Arab ini bertanya benar namanu: Sarmidi? benar pak katanya. Setelah itu orang Arab itu katakan kepada ana: "SHODAQTA" anda benar wahai akhi...!. orang Arab itu membuka dompetnya, dan ia minta maaf, bahwa rupiah yang ada di dompetnya tidak cukup Rp. 800.000,-. Nah, ini dulu aja Rp. 400.000,- nanti sisanya saya berikan pada akhi Zul Asri supaya dia kasih kepada kamu.

Kami pun meninggalkan rumah sakit, dan orang Arab itu meminta ana supaya selalu bersamanya.  Ana katakan, bahwa tadi ana keluar rumah tidak meninggalkan bekal untuk keluarga. Ia kembali mengelurkan dompetnya dan memberi ana uang Rp. 100.000,- seraya berkata : CukuP?, ana katakan JAZAAKUKULLAAHU KHAIRAN sudah lebih dari cukup. Kami minta pada sopir taxi untuk kembali melewati jalan Talang Ujung, sesampai di Talang Ujung ana turun sebentar untuk mengantarkan uang tadi kepada isteri. Setelah itu kamipun meluncur dengan taksi ke  hotel tadi, namun orang Arab ini tidak langsung ke hotel, tapi mampir dulu ke restoran Arab tempat ana jumpai mereka pertama kali. Dia mengajak ana masuk restoran, dan ia memanggil pelayan : KAPSA LAHAM YA AKHI...!, katanya pada pelayan itu. Antum tahu apa itu kapsa laham? makanan enak, masakan Arab...! Sambil menikmati makan enak -setelah beberapa hari tidak makan- ia mulai bercerita. Saya sudah beberapa hari di sini untuk suatu keperluan katanya dan ini adalah kedatangan saya pertama kali ke Indonesia dan saya merasa terjebak, karena ramai orang di Bandara yang nawari hotel ini ( ana gak mau sebutkan nama hotelnya), oleh sebab itu kamu mesti temani saya katanya, kita nanti lebih sering duduk di restoran ini dari pada di kamar hotel, ana takut katanya. Maklum banyak ayamnya...! Ana katakan kepadanya kenapa tidak pindah hotel saja? oo, tidak bisa katanya saya dah terlanjur memberikan alamat dan nomor telfon serta fax hotel ini, saya kan ada urusan penting kesini dan saya lebih kurang 3 hari lagi di sini. Pokonya kamu temani saja saya, supaya saya gak diganggu oleh ayam-ayam kampungan itu. Alhamdulillah setelah beberapa hari kelaparan, sekarang justeru kekenyangan terus, karena makanan arab itu porsinya besar !

Suatu hari ana di ajak ke Bank untuk mengambil uang, dia telah menyediakan sebuah tas untuk menyimpan uang itu. Selesai mengambil uang, teller di bank itu pun dikasihnya uang Rp. 100.000,-, Awalnya teller itu menolak, tapi karena dia katakan, saya tersinggung kalau ada orang yang tidak mau menerima hadiah dari saya, akhir teller itu pun mengambil uang itu sambil mengucapkan terima kasih. Baik sekali orang ini ya pak kata teller itu kepada saya.
kami pun keluar meninggalkan bank dan ana mendadak jadi orang kaya, yaitu kemana-mana disuruh bawa tas itu.Kalau dia belanja ana yang bayarin. Pada malam hari ana laporkan kepadanya bon-bon belanja, tapi dia tidak mau. Dia katakan masih ada kan uang kita? wah, dia gak hitung rupanya. Yang penting masih ada tidak sisanya, kalau sudah habis nanti kita ke bank lagi. Antum tahu berapa uang yang kami ambil ke bank ? Rp.70.000.000,-. Dia ana antrakan ke tempat perbelanjaan mulai dari pakaian untuk isteri dan anak-anaknya, sampai ke ikan asin dan udang kering. Suatu ketika ia mencium bau tidak enak yang mirip dengan bau ikan asin tadi, lantas bertanya bau apa ini? dengan malu-malu ana menjawab dengan jujur: bau sepatu ana, maklum dah bocor...!", wah, kenapa gak bilang dari kemaren? kan kita bisa beli sepatu baru !, dia pun ngajak ana ke pasar Mangga Dua. Ketika memilih sepatu ana malu-malu dan akhirnya dia yang pilihkan, sepatu mahal lo...!.

Sejenak kami kembali ke permaslahan orang sakit tadi, kami kembali mengunjunginya di rumah sakit st.carolus, dan tiba saatnya ia segera pulang karena telah sembuh. Kami pun melunasi semua biaya rumah sakit yang mendekati Rp. 3.000.000,-. Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah, pasien tadi pun tidak lupa berterima kasih kepada kami.

Satu hari sebelum kepulangannya Saudi Arabia, orang arab ini mengajak ana pergi mencari kayu gaharu, ana pun antarkan dia ke kawasan Otista Jakarta Timur. Sesampai di rumah pedagang gaharu, kami pun dipersilakan masuk dan pedagang itu mulai memperagakan barang dagangannya yaitu dengan membakar gaharunya yang baunya begitu harum. Ana pun keciprataan bau harum itu. Tapi anehnya orang arab ini tidak belanja, seraya berkata kepada pedagang itu: "saya mau lihat-lihat dulu dan mengetahui harga". Kami pun pulang ke restoran, kami makan siang. setelah makan dia menyuruh ana pergi sendiri membeli kayu gaharu itu. Beli beberapa kilo yang harganya segini katanya. Wah, wah... ana jadi orang kaya lagi, memegang beberapa ribu dolar. Ternyata maksudnya begini, kalau saya yang beli langsung, dia kan tahu saya datang bersama mu, nanti dia gak ngasih kamu TIPS, kalupun dia kasih, tapi nanti sedikit. Sekarang pergi dan beli kemudian katakan padanya, pesan orang Arab tadi, beri ana tips/komosi 2.5  persen, baru dia mau beli. Akhirnya pedagang itu setuju, dan ana pun dapat komisi 150 dolar ( kira2 Rp.1.500.000,-).

Suatu kali kami sedang makan direstoran arab tadi, dari dalam kami melihat ada seorang ibu berjalan dengan anaknya lalu tidak lama setelah itu ia terjatuh, dan kami segera keluar untuk menolongnya. Kami beri ibu itu teh manis setelah ia sadar. Kami bertanya kepada ibu itu: kenapa ibu jadi begini? ada apa buk? ibuk itu berkata: "Saya tinggal disebuah rumah kontrakan di Tangerang, dah 4 bulan tidak bayar kontrakan, kami diusir oleh pemilik rumah, sekarang anak-saya saya titip di masjid dan saya berdua dengan anak saya ini mencari famili di Jakarta, tapi tidak ketemu. Saya dari pagi mutar-mutar jalan kaki, tidak tahu lagi mau kemana, akhirnya saya jadi begini...! berderai air mata orang Arab itu:  saya bantu ibuk, tenang buk...! ayo sekarang cari taksi segera antarkan ibuk ini ke Tangerang. Ana suruh dua orang adik ana, satu laki-laki dan satu orang perempuan untuk mengantarkan ibuk ini. Ternyata tunggakan kontrak itu 4 bulan x Rp.100.000,-. Orang Arab itu titip uang ke adik ana untuk melunasi tunggakan kontrakan ibuk tadi + Rp. 200.000,- untuk makan anak-anaknya. Tapi demi kehati-hatian dia katakan kepada adik ana, pastikan uang kontrakan itu diberikan pada pemiliknya, minta kwitansinya. Adik ana kembali ke Jakarta dengan mengendarai taksi yang sama. Argo taksi telah mendekati Rp.300.000,-
Setelah kejadia itu ibu tadi menjadi sahabat kami, dan ia sering datang ke rumah.  Ana pun carikan ke jalur lain biaya pendidikan anak-anaknya.

Waktu kepulangannya semakin dekat, dia buka buka dompetnya ternyata masih ada dolar, kemudian ia berkata : sebaiknya dolar ini tidak pulang lagi ke Saudi, diapakan ya katanya. Ana kan gak berani minta, tapi ada akal, betul duit itu gak boleh lagi balik ke Saudi? betul katanya. Ok, kalau gitu, Ramadhon kan sebulan lagi, bagaimana kalu duit ini kita berikan untuk hadiah berlebaran untuk penghuni rumah kontrakan di jalan Talang Ujung? bagus, bagus katanya. Ana pun disuruh menghitung anggaran, dan ana tidak masukkan anggaran ana dan keluarga, dia marah kenapa tidak ditulis katanya, ya maklum ana pemalu. antum tahu berapa dolar untuk hadiah ini? 300 dolar (Rp.3.000.000,-).

Tibalah saatnya ia mesti kembali ke Arab Saudi, ana pun mengantarkannya ke Bandara. Setiba di Bandara, dia mengeluarkan dompetnya dan mengasih ana uang 300 dolar, terus dia katakan, antum kan tidak ada telfon rumah, berapa biaya memasang telfon rumah? ana jawab Rp. 500.000,- ia pun memberi an uang Rp. 500.000 lagi, setelah itu dia periksa saku dan tasnya ternyata masih ada rupiah. Wah, duit ini tidak laku di Saudi, nih ambil semua...! berapa jumlahnya? Rp.500.000,- lagi rupanya...!
Diapun mulai masuk ruang imigrasi untuk cap paspor, kami berpelukan tanda perpisahan. Tapi................................. masih ada lagi........................................... mamasang telpon rumah kan perlu waktu, nah ini ambil HP saya, supaya kita mudah berkomunikasi. Allahu Akbar ana menangis............ HP Samsung mahal...!

Setelah sampainya dia Saudi di Madinah Al Munawwarah, ia pun sering telfon ana menanyakan khabar ana dan tetangga. Paling kurang sekali dalam setahun ia transfer uang, ya lumayan 1000 real ( Rp.2.500.000,-).

Pada tahun 2004 M ana pindah ke Padang, kami pun sering berkomunikasi dan ia selalu menanyakan keadaan ana dan ia selalu pesankan kepada ana untuk selalu memperhatikan nasib orang-orang susah terutama tetangga sekeliling rumah kita. Ada saja yang bisa ana laporkan kepada dia yaitu seorang ibu rumah tangga yang hidup numpang di rumah kosong, dia sering berkekurangan, bahkan arus listrik dikasih oleh tetangganya. Sering anak tetangga itu memutuskan arus litrik, air PDAM pun minta sana sini, yang pada akhirnya banyak juga yang bosan memberi. Sampailah pada puncak kesedihan, ia pun datang mengadu kepada isteri ana dan tidak lama setelah itu ana telfon orang arab ini, ia pun segera menanggapinya dan menanyakan apakah nomor rekening ana masih yang dulu. Uang pun ditransfer untuk memasang instalasi air PDAM, namun apa boleh buat, ketika minta izin sama yang punya rumah, yang punya rumah pun mulai meminta uang sewa. Kamu kan telah lama numpang di sini,  sekarang kamu harus bayar kalau masih mau tinggal di sini. Ana tidak senang dengan kelakuan pemilik rumah tersebut, akhirnya kami suruh ia pindah dan gunakan uang itu untuk mengontrak rumah yang layak yaitu ada listrik dan air PDAM nya.

Semenjak tahun 2009 M ana kelhilangan kontak dengan orang arab ini, ana sedih kalau-kalau dia telah kembali kepada Allah.

Siapakah orang arab tadi? Dia adalah MAHMUD 'ATHIYAH SALIM, anak Syaikh 'Athiyah ibnu Salim, Syaikh di Masjid Nabawi. Ya akhi Mahmud.... sekiranya Antum masih hidup ana do'akan semoga antum senantiasa dalam curahan karunia dari Allah, dan jika engkau telah diambil oleh Allah, ana do'akan semoga Allah melapangkan kubur antum dan menyayangi antum seperti antum menyayangi hamba-hamba-NYA.

Ketahuilah wahai ikhwan dan akhwat...!
Yang ana dapatkan jauh melebihi apa yang didapatkan oleh orang yang minta tolong tersebut. Maka sukalah membantu...! Jika anda dalam kesusahan, bantulah orang lain.

Pelajaran penting dari kisah ini:
  1. Perhatikan hasil didikan ulama
  2. Tidak semua orang Arab itu jahat, dimana orang-orang hari ini mengecam Arab Saudi, dengan mengatakannya negara wahabi antek yahudi dll, padahal satu-satunya di dunia negara yang menjadikan Al-qur'an dan As Sunnah sebagai dasar negaranya
  3. Apabila kita suka membantu, Allah akan membantu kita
Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar